Kamis, 05 Desember 2013

Hari ke-2: Desa Moni – Kawah Kelimutu – Riung, 12 Nov 2012


Jam 4 pagi kami sudah duduk manis di dalam bis yang akan mengantar ke Kawah Kelimutu, kawah yang entah mengapa sering disebut sebagai Danau Kelimutu. Meskipun sambil tidur-tidur ayam, terasa sekali jalanan menanjak dan berliku-liku. Yaah, seperti naik ke pegunungan pada umumnya lah. Tapi ini Kelimutu, meeeen!!! Dalam bayangan gue, kita harus trekking untuk mencapai puncak Kelimutu, nyatanya…semen yang rapi dengan kombinasi batu-batu halus menyambut kita semenjak turun di area parkir. Dari area parkir tadi, kita harus jalan sekitar 1,5 – 2 KM (cuman kira-kira ya, soalnya gue gak pasang aplikasi Endomondo untuk ngukur jarak, hihihi) yang terdiri dari kombinasi jalanan rata dan juga anak tangga yang tidak terjal. Bagi yang tidak terbiasa, pasti bakal lumayan kehabisan nafas, lho. Kelimutu memang sudah menjadi objek wisata yang mendunia, mudah-mudahan keasrian dan keindahannya bisa tetap terjaga.

Jalur menuju puncak kawah kelimutu


Berfoto di view point

Teteup, foto-foto


Cahaya matahari pun mulai berpendar, lumayan untuk menerangi jalan kami sampai kawah. Penunjuk arah juga tersedia disini. Jadi kemungkinan besar tidak akan nyasar, kok. Jika pada awalnya kita dikelilingi oleh pepohonan,  sesampainya di atas kita akan menemukan suatu area terbuka yang cukup luas. Kawah pertama yang berada di sisi kanan jalan seakan terlupakan, kaki ini terus menuju ke puncak sana (padahal emang ngikutin temen-temen yang lain aja, sih). Di puncak, terdapat view point dimana kita bisa melihat ketiga kawah dengan jelas. Namun, dikarenakan posisi yang saling membelakangi, kita tidak bisa mengambil foto ketiganya dalam 1 bingkai. Kecuali kalau kamera kalian dilengkapi dengan fitur panorama.

Saatnya beraksi (baca: gaya-gayaan)


Konon, ketiga kawah ini memiliki warna yang berbeda, tapi kini, dua kawah berwana toska dan 1 berwarna hitam. Semuanya terlihat keren! Begitu matahari agak mulai naik, warna kawahnya pun menjadi semakin terang. Cantik sekali. Jadi, buat yang mau kesini, ada 2 pilihan waktu: pada saat sunrise atau sun-up.

Meskipun Kelimutu adalah objek wisata alami, tapi dijamin kita akan amat sibuk. Lho, sibuk apa?? Ya sibuk foto-foto, foto-foto, foto-foto dan foto-foto. Iyaaa, foto-foto adalah hal paling banyak yang harus kita lakukan disini. Jangan lupa bawa tripod yah! Ngomong-ngomong, kita dilarang untuk berdiri terlalu dekat dengan pagar pembatas kawah, katanya, ada wisatawan yang bandel dan terpeleset hingga terjun bebas ke dalam kawah.

Kami kembali ke penginapan untuk mandi, sarapan dan bersiap-siap menuju Riung. Riung ini jauuuuh sekali, saudara-saudara. Letaknya di sebelah utara pulau Flores. Riung yang terkenal akan Taman Lautnya, lebih dikenal sebagai Riung 17 Pulau. Disebut begitu karena terdapat total 17 pulau yang ngeriung berdekatan.

Panjang sekali perjalanan ke Riung. Lembah, bukit, hutan, jalanan berliku, menanjak, menurun, jurang dan tebing harus kami lalui. Pulau Flores dikenal juga (atau bernama asli) Nusa Nipa, yang artinya: Pulau Ular. Mungkin dinamakan begitu karena jalanannya yang berkelok-kelok atau karena banyak ular? Wah, gue gak tau juga deh. Yang gue tau pasti hanyalah: agak sulit menemukan jalanan lurus dengan jarak lebih dari 10 meter (OK, mungkin sedikit lebay). Bicara mengenai vegetasi, tidak ada yang  berbeda dengan tumbuh-tumbuhan di pulau Jawa.


OTW ke Riung 17 Pulau, dihabiskan dengan menonton DVD dan menikmati pemandangan

Masih OTW Riung



Perjalanan yang dimulai sekitar jam 10 pagi, akhirnya berakhir di malam hari. Di perjalanan kami sempat mampir di rumah pengasingan Bung Karno (BK) di Ende dan juga pantai Nagapanda. Rumah yang sederhana itu terletak di kota dan sedang dalam pemugaran. Jadi hanya bisa kami lihat dari sisi luar. Sedangkan yang unik dari pantai Nagapanda adalah bebatuannya yang berwana biru. Bayangkan, batu-batu berwana biru bertebaran bebas di sepanjang pantai. Batu-batu dengan bentuk bulat dan lonjong tersebut akan terdampar ke pantai di bulan-bulan tertentu, lalu habis dipunguti dan dijual oleh masyarakat sekitar. Namun, seakan tak pernah habis, ia pun akan datang kembali. Kalo tidak salah, bebatuan akan datang 2 kali dalam setahun. Ada teman yang tergoda untuk membawa pulang batu unik tersebut, tapi gue memilih tidak!! Bukan apa-apa sih, tas gue udah berat cuy. Masih inget kan gue bawa carrier 60L? :p

Mampir ke pantai Nagapanda, saat menuju ke Riung

NB: Foto-foto merupakan koleksi dari rekan-rekan seperjalanan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar