Testiinnng =))
Horee blog yang pertama, akhirnya. Setelah sekian lama memutuskan untuk bikin blog pribadi. Eniwei busway, kalo tulisan di bawah ini rada aneh mohon maklum ya! Soalnya temen gue ngasi beberapa pertanyaan yang kudu dijawab oleh temen-temen seperjuangannya =))
So, gw post aja dulu ini.
Peralatan Dokumentasi:
·
Pocket camera Sony Cybershot DSC T-100. Feature:
ora paham.
·
iPhone 4
1.
Ceritakan
persiapan apa yang harus anda bawa sebelum sampai kebelitung?
Mungkin agak
melenceng dikit ya, sebenernya kira-kira 2-3 tahun yang lalu gua emang udah
pengen ke Belitung. Yah gara-gara apalagi cobak kalo bukan karena film layar
lebar beken yang kini merambah jadi sinetron *palm face*Ditambah lagi dengan
makin banyaknya travel EO yang menawarkan paket murah kesana. Namun keinginan
itu sempet meredup dan bahkan hilang sama sekali. Apa pasal? Alasan simple
hanya karena lama-lama Belitung pasaran. Hihihihi. Nah, kala itu (gua lupa
bulan apa yah yang kita heboh pesen tiket tuh?), gua liat beberapa temen pasang
status BBM yang intinya “can’t wait to go to Belitung”. Disaat yang sama gua
lagi bête karena ga punya planning jalan2 buat akhir tahun. Nah, dari itu. . .
daaaang,. . . akhirnya gua memutuskan untuk ikut. Bener-bener tante labil ya
gua. Hahaha. Setelah konfirmasi ke Ibu Ketua, ybs memastikan bahwa masi ada
ruang kosong buat gua nyempil di kamar mereka. Langsung gua pesen tiket
pesawat. Tadaaa gue jadi satu-satunya anggota yang beli tiket sendiri. Padahal
yang lain dibayarin ama Ibu Ketua *curaaang*.
Note aja
sedikit: satu-satunya persiapan yang berarti untuk gua adalah mencari baju kaos
polos warna-warni untuk dijadikan baju seragam. Akhirnya gua nemu juga kaos
murmer Rp. 25.000 di pasar kaget depan rumah gua :p Toh buat di sablon ini.
2. Sebelum berangkat ke Belitung apa bayangan
anda tentang Belitung?
(1) Sususan
bebatuan segede tronton yang membentuk lorong-lorong di sela-selanya.
(2) Pantai
yang indah (pasir putih, landai, air jernih kebiruan) sesuai yang gua biasa
liat di album foto teman-teman gua yang
udah pernah kesana.
(3) Keindahan
pantainya jauh lebih baik dibanding dengan Bangka, yang persepsi gua merupakan
‘induk’ pulaunya Belitung. Whatever ‘induk’ means here :D
3. Apa yg bisa anda ceritakan perjalanan dari keberangkatan
di Jakarta hingga kesan pertama ketika mendarat
di Belitung?
Pikiran pertama
gua adalah: gimana caranya gua nyampek airport jam 5 pagi? Namun karena gua
anak baik, Tuhan memberi kemudahan buat gua :p Dari jam 3 pagi BBM group mulai
deh “pang ping pang ping pong” à
(bukan bacaan yang sebenarnya, red.) alias berisik untuk ngebangunin jangan
sampai kita telat semua. Gak sia-sia, meski rumah di daerah Bintaro, gua jadi
orang kedua yang sampai di airport. Isn’t
it really sumthin’? Haha. Si Ibu Ketua yang rumahnya paling dekat malah
dateng belakangan. Singkat cerita kita semua berhasil numpang ‘metro mini’ cap
pesawat sriwijaya. Hal yang paling gua ingat di pesawat tuh cuman: Gigo penakut
banget dan Dedek berisik banget. Tak lupa udara yang kurang bersahabat membuat
perjalanan selama di udara semakin berwarna *palm face*.
4. Apa cerita yang mewakili anda dihari
pertama di belitung?
Kondisi: mata
masih sepet karena bangun terlalu awal, mau tidur di pesawat gak memungkinkan,
cuaca panas yang agak menyengat ngalah-ngalahin AC kendaraan Elf yang kami
tumpangi. Namun bara semangat berkobar di dada! Uhuuuuy, ajibbbbb.
Nah begitu
sampai di Belitung, sang kusir eh supir datang menghampiri dengan papan
namanya. Yes, he is the man of the week, please welcome . . . bang Rizaaaaaaal.
Setelah diskusi dikit dengan bang Rizal (yang ternyata berondong bok – info
penting yang gua ketahui setelah berteman di FB sesampainya di Jakarta –
dibahas) akhirnya kita memutuskan untuk makan mie Belitung sebelum menaruh
koper di penginapan. Mie Belitung sendiri, menurut gua pribadi sih gak terlalu
istimewa yah, tapi yah namanya supaya eksis, gua pesen juga dong ah. Hehehe.
Jarak tempuh dari pusat kota ke penginapan 30 menit, gak lebih ga kurang, dan
bisa ditempuh dengan gak lebih dari 3-4 belokan aja dari start awal. Kami
menginap di Hotel Lor Inn, konon sih masih 1 group dengan Sheraton. I just love
it. Especially the open air bathroom!
Hari pertama
ekplorasi ini judulnya adalah 1. Keringet 2. Keringet 3. Keringet. Kenapa gitu?
Ya karena 9 orang ini keringetan semua. Hahaha. Bayangin aja ngider-ngider
pantai, motret sana motret sini, keujanan, pantai pertama agak bikin kecewa
karena pantainya kotor (kotor ama sampah daun dan ranting sih), trus gak ketemu
pantai putih landai kebiruaaaan. Huaaaaa mau nangis rasanya gua. Untung air
matanya berubah jadi keringet karena keburu kepanasan. Nah pantai berikutnya
adalah si lorong bebatuan itu, alias pantai laskar pelangi. Sumpe deh,
batu-batunya keren mampuuus. Pertama kali liat ga sangka kalo lorong itu hidup,
kirain cuman celah yang buntu aja. Ternyata lorong-lorong itu seling terhubung
dan menjadi semacam labirin. Sayang warna air laut di pantai kala itu lagi
berkiblat pada trend warna sungai dan pantai yang ada Jakarta. Butek semua.
Akhirnya di
pantai kelayang kita menemukan kedamaian. Foto-foto terbang dan loncat pun dipastikan
untuk diabadikan disini. Pantai yang landai, pasir putih, air kebiruan. Tiga
element dasar untuk bisa disebut sebagai pantai yang indah sudah didapat. Di
tempat ini lah kami pun disambut dan berkenalan dengan makhluk-makhluk mini
yang tidak ada di Jakarta, Agas namanya. Dia suka sekali kepada kami. Isn’t it really sumthin’?
5. Apa cerita yang mewakili anda dihari kedua
di belitung?
Sunrise said:
capture me if you can!
Oke, diawali
dengan si tante labil ini berencana gak mau ikut bangun pagi demi ngejar
sunrise. Kayaknya enakan tidur deh daripada ke pantai subuh-subuh yang toh
pemandangannya ya aer lagi aer lagi. Tapi begitu gua mendengar bahwa ini di
Danau Kaolin, (tunggu, apaan tuh kaolin? Ya lo browsing sendiri deh) gua
langsung ngibrit bangun pagi (terutama dengan alarm super kecepetan dari bapak
Semper – terima kasih banyak loh – sarkasme – sebenernya kesel). Ga mau rugi
lah yaw kalau ini bisa jadi pemandangan yang baru. Iya apa iya? Sampai disana
ternyata emang beneran bagus, paling tidak air danaunya sangat cantik. Bayangin
aja lo lagi di kawah putih, mirip mirip gitu sih. Hehehehe. Jauh-jauh ke
Belitung cuman liat yang mirip kawah putih, pasti itu yang ada di pikiran
kalian kan? Tapi gak apa-apa lah, toh gua belum pernah ke kawah putih inih. Tapi
bagi para photographer sih kayaknya kurang puas karena ga berhasil menjepret
sunrise yang ciamik. Kasian.
Pulang dari
Danau Kaolin, kita istirahat dan sarapan dulu di hotel. Sisa hari ini
dihabiskan untuk mengunjungi Belitung Timur. Objek-objeknya kurang menarik
menurut gua. Satu-satunya yang asyik hanya suatu pantai yang gua lupa namanya.
Dimulai dari fakta bahwa airnya ternyata bening, dan bukan coklat butek seperti
yang diliat dari kejauhan. Dedek, Gigo dan gua ga tahan untuk nyemplungin kaki
ke air laut yang tenang itu (yang dicemplungin kaki loh yah, bukan sisa-sisa
pembuangan akhir tubuh manusia). Kita bertiga pun jalan makin menjauhi bibir
pantai, dan tebak, ternyata masi tetep landai! Bahkan dari kejauhan terlihat
ada orang mancing ikan di tengah laut, dia bediri aja gitu loh, dan airnya
hanya sebatas pinggang orang dewasa. Awalnya gua pikir mereka berdua semacam
orang-orangan sawah. Ha ha ha. Airnya tenaaang banget. Sampai akhirnya si Gigo
resmi menjadi “putra Belitung”.
Selebihnya kita
mengunjungi replica sekolah Laskar Pelangi. Gak ada yang istimewa sih menurut
gua, kecuali bahwa disana sedang berlangsung proses pembuatan sinetron.
Heeemmmm. Pulang dari sini kita langsung pulang ke hotel yang menempuh waktu 2
jam.
Kesan lain
tentang hari ini adalah wisata kulinernya. Pokoknya seru deh. Bintang tamunya
masih tetap Bapak Gigo yang ternyata napsu makannyaaaaaaa *tutup mata* *merujuk
pada saat Gigo ngabisin makan di warung ayam bakar belum lagi di kopi susu
Belitung*
6. Apa cerita yang mewakili anda dihari ketiga
di belitung?
Highlight of the
trip: Pulau Lengkuas. Itu tuh pulau yang sering masuk tipi dengan mercu
suarnya. Tapi sayang tamu tak diundang datang! Si langit akan becucuran air
mata!
Gua bawa baju
renang 3 setel dan ternyata kita cuman ngelaut sekali ini saja. Oke oke ini
salah gua karena gak nanya info lebih lanjut ke Ibu Ketua. Bagi gua kostum
lebih penting daripada langit yang mendung hari ini. Huahahahaha bisa digampar
orang-orang nih. Yah sebenarnya langit mendung juga punya dampak buruk ke gua
sih, karena hasil foto yang ada gua-nya
kan jadi ga maksimal kan. Hihihihihi.
Kita menumpang
kapal nelayan yang, yaaaaaah. . . lumayan lah. Perjalanan pergi ombak laut sih
gua rasa masih cukup bersahabat. Namun, Bapak Gigo tak hanya antipati pada
perjalanan udara, perjalanan laut pun juga. Setelah berdiskusi kami memutuskan
untuk langsung ke P. Lengkuas baru nanti akan meneruskan ke pulau-pulau kecil
lainnya. Ini dikarenakan langit yang sudah begitu gelap dan dipastikan hujan
besar akan segera datang. Sesampainya disana langit pun menangis. Sebagian
meneduh di bangunan tua yang mengelilingi mercusuar, sebagian lagi termasuk gua
memilih untuk cebur-ceburan di pantai. Pantai ini sendiri gak landai loh
kawan-kawan, kurang asik deh buat main-main. Akhirnya Dewa, Gigo, Arip dan gua
keliling-keliling sekitar pantai untuk cari spot background foto. Horeeeee,
bang Rizal menyertai ‘kubu’ fotomodel ini. Bang Rizal lah yang dengan sigapnya
ngambil foto2 kami berempat dengan latar belakang bebatuan yang keren banget.
Pokoknya layak jadi profile picture di social media kita deh *itu aja yang
dipikirin*. Dari kejauhan kita berempat bisa ngeliat ‘kubu’ potograper bermuka
kurang ceria dan lemas karena sang bintang Utama gak nongol, sang matahari.
Kasian.
Selepas dari
poto-poto, akhirnya gua memutuskan naik juga ke mercu suar. Tanggung, pikir
gua. Meski awalnya sempat gak mau naik juga sih, pasalnya gua denger bahwa
sebenarnya wisatawan udah gak boleh lagi naik kesitu dikarenakan usianya yang
udah 130 tahun. Dengan perlahan tapi pasti dan membawa ‘bekal’ yang cukup
lumayan berat buat ukuran naik tangga (kantong anti air warna kuning yang
dipenuhi dompet dan gadget kalian :D, red.) gua orang pertama dari group kita
yang naik ke puncak. Lha kok malah gua duluan yang sampek yah, padahal tadi gua
awalnya gua bilang ga mau naik dan nunggu dibawah aja. Ini bukti kelabilan gua
lagi. Hihihihi.
Singkat cerita,
kita berhasil juga pergi ke pulau pasir dan snorkeling di dekat pulau burung.
Dinamakan pulau burung karena dari angle tertentu memang kayak kepala burung.
View under waternya sendiri pun biasa-biasa aja. Karang-karangnya sih bagus,
tapi sayang sepertinya sudah mati (atau emang ga berwarna aja yah? Maap saya
bukan ahli biologi laut). Sepulangnya dari situ, gua rikues mandi duluan –
maklum sekamar bertiga, jadi kan kamar mandi kudu antri – kalo mandi bareng,
ntar malah intip-intipan) karena gua bener-bener udah kedinginan dari awal dan
ngeri bakalan sakit.
7. Apa cerita yang mewakili anda dihari
terakhir sebelum terbang dari belitung?
Gak ada yang
istimewa selain gua berhasil nemuin tempelan kulkas cap Belitung. Maklum gua
kan koleksi. Sayang koleksi utama gua, yaitu kartu remi cap daerah yang
dikunjungi, gak berhasil ditemukan. Sisanya ya makanan, makanan dan makanan. Jadi
ceritanya, pagi itu barang-barang bawaan sudah dikemas, ditaruh di bagasi
mobil, dan selesai membeli oleh-oleh rencananya kami akan langsung ke bandara.
Kami sempat mampir ke beberapa toko souvenir dan makanan khas Belitung. Antara guide dan toko-toko tersebut
sepertinya sih sudah menjalin suatu ‘kerja-sama’. Sesampainya di bandara, tak
lupa gua sempatkan diri memotret bang Rizal (hahahaha dibahas).
Ngenesnya,
selama kami duduk di ruang tunggu keberangkatan, langit pun menampilkan
performa terbaiknya. Siang itu cerah, saudara-saudara! Matahari bagaikan
menari-nari dimata kami. Sebagian dari kami merasa ingin menikmati Belitung
untuk beberapa hari lagi, gua sendiri sih tidak. Udah cukup kok J
8. Ceritakan jika ada pandangan tentang
Belitung yang bertambah/berubah setelah eksplorasi berakhir?
Bebatuan
Belitung sudah kotor di coret-coret oleh oknum sangat tidak bertanggung-jawab.
Gua pribadi benci sekali perusakan alam seperti itu. Salah satu tulisan yang
gua ingat adalah: KDRT. Bayangin aja, ada sebuah hasil poto gua dengan
backgroud tulisan tersebut. Kok kesannya gua jadi korban KDRT yah? Selain itu cukup
banyak ditemukan spot-spot pantai dengan sampah plastic yang mengganggu mata. Setelah
gua pikir-pikir yah, mindset awal kita tentang suatu tempat itu emang mengambil
porsi yang cukup besar. Dari awal gua udah berfikir bahwa Belitung itu indah,
tapi yang istimewa hanyalah bebatuannya saja. Nah, itulah kenyataan yang lalu
terlihat di mata gua – Belitung itu indah, tapi yang unik hanya bebatuannya
saja.
9. Ceritakan apa yang anda rasakan dan alami
tentang tim (kita) dalam mengeksplorasi belitung?
Untuk
keseluruhan acara ini gua amat senang dan puas. Soal lokasi jalan-jalan mah
urusan lain, yang lebih penting itu ketawa-ketawanya ya guys J
Gua senang karena kita cukup kompak dan tepat waktu dalam menjalankan aktivitas
selama di Belitung. Kalaupun ada yang molor, masih bisa dalam rentang waktu
yang normal. Terima kasih juga untuk hasil jepretan foto kalian ya guys,
maksudnya foto yang ada gua-nya
*tetep*.
Oh iya, hal yang
gua rasa kurang kala itu adalah waktu santai-santai doing nothing di hotel. Mungkin
karena waktu kita cukup padat dan sesampainya di hotel kita udah kelelahan yah.
Tapi emang sih, di sisi lain, rugi juga kalo udah jauh-jauh kesana dan kita gak
manfaatin waktu secara maksimal ;)
10. Ceritakan apa yang anda harapkan jika ada
explorasi berikutnya yg belum tercapai selama di belitung?
Harapan pribadi untuk
trip berikutnya: Budget control. Bukan berarti kita harus backpackeran
sih, tapi flashpacker lah, alias pertengahan diantara koper dan ransel. Gak
sengsara, tetep nyaman, bersih, namun tidak mewah. Asik gak tuh? Motivasinya
gak lain dan gak bukan: the more travelling, the merrier.
Untuk acara trip
kemarin sendiri tidak ada keluhan. Sampai bertemu di trip berikutnya! Bromo –
Ijen – Baluran . . . we’re comiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiing!!!