Minggu, 19 April 2015

Di balik Perjalanan Panjang Lintas Benua dan Samudra, Di awali dari Cerita Ini

“Travel alert! Maskapai Cathay Pacific (CX) tujuan New York hanya US$460 return untuk periode Oktober hingga November 2014!”.

Isi pesan di bbm group dari si mas Toton tersebut sontak menyedot perhatian saya, yang pagi itu masih malas-malasan di kasur menjadi terbelalak – meski mata saya tergolong minimalis – selebar-lebarnya. Seketika group chat yang beranggotakan para penggemar jalan-jalan itu menjadi ramai dengan diskusi singkat dan kebut-kebutan. Hari itu adalah Jumat minggu ke-tiga di bulan Januari 2014.

Teman yang memberikan info ternyata sudah lebih dulu membeli tiket ke New York di malam sebelumnya, tidak lama setelah ia mendapatkan info dari group Backpacker Dunia. Kontan saya dan satu orang teman bernama Reancy, tanpa pikir panjang langsung masuk ke dalam website Cathay Pacific untuk melakukan proses booking. Jika bookingan berhasil, perjalanan ini akan menjadi kali pertama saya ke negara adidaya tersebut. Artinya, saya harus siap jika tiket yang saya beli nanti hangus apabila aplikasi visa Amerika saya ditolak. Minimal saya akan kehilangan beberapa ratus dollar deh sebagai potongan biaya administrasi dari pihak maskapai jika kelak visa tidak tembus.

Tidak mau tanggung, Reancy dan saya langsung memilih tanggal keberangkatan di bulan Oktober, dengan rentang waktu kepulangan maksimal yang diizinkan untuk jenis tiket kelas ekomoni promo. Maksudnya, tanggal pergi dan pulang tidak boleh lebih dari satu bulan.  Hohoho satu bulan untuk dihabiskan di Negara Paman Sam. Ya, saya berpikir untuk mengambil unpaid leave selama satu bulan. “Masih ada sembilan bulan lagi untuk persiapan”, pikir saya pagi itu.

Usaha pertama untuk issue tiket mengalami kegagalan teknis. Lalu sambil berusaha untuk tetap tenang (atau pura-pura tenang sambil harap-harap cemas), saya pun langsung mencoba untuk yang kedua kalinya. Kali ini tiket berhasil di issued dan nomer kode booking yang dinanti pun menari-nari di layar handphone. Selama beberapa saat saya hanya bisa termenung memandangi layar smartphone Korea berlayar lebar tersebut . Hati dan pikiran ini dipenuhi dengan rasa tidak percaya dan rasa tidak nyata. Ini murni khayalan, kan?! Soalnya, percaya atau tidak, pada hari Senin di minggu yang sama, saya sempat bilang ke teman: “gue dooong lagi browsing tiket ke New York” (dan Afrika Selatan…dan Negara Scandinavia…dan lain sebagainya) tanpa ada niat atau dorongan yang kuat untuk benar-benar ngetrip dalam waktu dekat. Jadi, hanya murni browsing-browsing sambil ngayal babu di waktu luang. Namun, mana mungkin sih terbit keisengan untuk cari tau harga tiket pesawat jika hati kecil tidak sejalan?

Setelah semua confirmed, dan sudah merasa lebih yakin dibanding sebelumnya, buru-buru saya mengabari seorang teman yang kala itu sedang bermukim di sebuah kota yang hanya berjarak empat jam perjalan darat dari New York. Rupanya ia juga tidak percaya jika saya tidak mengirimkan bukti berupa print screen tiket. Gak heran sih, saya saja masih agak tidak percaya kok dengan keberuntungan ini.

Penuh dengan tanda tanya, apa gerangan yang membuat tiket ke kota dengan perbedaan waktu 12 jam dengan Jakarta bisa semurah itu? Apakah ada kesalahan dari pihak maskapai ataukah ada hacker yang berusaha mengambil keuntungan? Dengan tingkat ke-kepo-an yang sangat tinggi dan dada yang masih berdebar-debar, sekitar 30 menit kemudian saya mencoba kembali masuk ke website. Ya Tuhan, harga tiket sudah kembali pada kisaran normal untuk low season, yaitu sekitar US$1300 untuk return ticket. Rasa lega, lemas yang berlebihan mendadak datang. Seandainya tadi disertai pemikiran dan pertimbangan yang terlalu lama, saya akan kehilangan kesempatan yang mungkin gak akan terulang dalam 1000 tahun ke depan!

Usut punya usut, ternyata harga tiket yang error adalah kesalahan pihak Cathay Pacific yang salah memasukkan harga. Harga pokok yang mungkin seharusnya US$1100 hanya diinput US$110. Maka setelah ditambah dengan pajak, total biaya yang tertera hanya US$460. Akibat kurang satu angka nol, lho…cateeeeet!

Well, kalau dipikir secara logika, saya merasa ini suatu kebetulan yang agak bertubi-tubi sih. Tidak sampai sebulan sebelumnya, saya memanjatkan doa kepada Tuhan di tanah suci agar dibukakan pintu kesempatan untuk lebih banyak melihat dunia.  Ternyata Tuhan menjawabnya dengan cara yang tidak pernah diduga sebelumnya. Dia mengatur, melalui tangan seseorang yang telah salah menginput harga, untuk mengantar saya sampai ke New York. Suatu kota yang secara lebay saya katakan berada dibalik bumi Indonesia. Bayangin deh! Ini rejeki nomplok, takdir anak sholeh :p  Nah, sekarang saatnya bilang: Alhamdulillah. 

Jumat pagi itu menjadi titik awal dalam kisah saya dalam sembilan bulan ke depan. Dimana sedikit demi sedikit terkuak banyak hal yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Mengenai pengetahuan, keberanian dan keputusan untuk melakukan sesuatu yang berbeda. Ehem, secara tidak langsung cuman mau bilang kalo saya anak yang agak pemberani = ))))

Jadi, secara singkat inilah latar belakang yang menjadi pemicu saya dalam memulai perjalanan sejauh ribuan miles untuk melihat dunia luar. Cerita berikutnya segera datang.

7 komentar:

  1. Balasan
    1. Kalau disini belum ada foto dong ah.
      Ntaaar edisi selanjutnya bakalan tumpaaaah =)))

      Hapus
  2. Capek baca blog nya. Gak ada yg menarik selain ocehan si burung beo. Pasang poto dong.. meskipun poto tiket doang. Biar gak dikira hoax juga sih. Wuahahaha. *kabuuurrr*

    BalasHapus
  3. Arrrrrrgh KZL gue jadi beliiiiiiiii gara2 masih mikirin kuli-ah 😔

    BalasHapus